Manajemen BAB Anabul: Update setelah Bereksperimen

Question

Pengen nulis aja sih sebagai follow up dari thread sebelumnya 😂
Akhirnya seminggu ini memasuki masa stabil perkara litter box. Kebetulan kitten yang mau diadopsi juga sudah tiba di rumah, jadi akhirnya gak cuma berteori aja tapi praktek langsung.
.
Singkat cerita, akhirnya saat ini aku memasang dua litter box dengan media berbeda untuk 1 ekor kitten. Satu litter box dengan media tanah yang digunakan buat berkebun, dan satu lagi pakai campuran pasir zeolith dan pasir gumpal. Mungkin jumlah ini kelebihan, tapi aku merasa pada akhirnya lebih enak begini daripada gak ada cadangan. Dan lagi karena ada dua titik litter box, si kitten jadi lebih mudah akses toilet. 
.
Sebelumnya pas si kitten tiba di rumah, dia langsung mau pakai tanah. Tapi cuma bertahan 3 hari, tiba tiba dia mulai buang air sembarangan. Ditaruh tanah langsung menolak. Memang sebelumnya di rumah lama, dia pakai pasir zeolith, tapi aku lagi malas urusin cuci cucinya. Akhirnya beli pasir gumpal. Ehh, tetep gak mau dongg. Akhirnya belikan pasir zeolith, tapi tetep gak mau. Mana kelakuan makin lesu. Ternyata oh ternyata, dia sakit, jadi mungkin berpengaruh ke perilaku BABnya. Sekarang setelah sehat, dia konsisten pakai litter box tanpa masalah, mau itu tanah, pasir gumpal, atau zeolith. Tapi kalau pup dia lebih sering di tanah.
.
Kekurangan pakai media tanah itu karena tanahnya agak mengandung air, jadi kadang dari sononya sudah ada tanah yang menggumpal dan bikin sulit membedakannya antara gumpalan bekas pipis dan pup. Selain itu, tanah itu lebih mudah kebawa bulu kucing, apalagi kalo bulu panjang. Jadi kalau ditaruh indoor tu keliatan banget tanahnya tercecer ke mana mana. Tapi enaknya tuh menurutku tanah cukup mampu meredam aroma. Terus karena tanah pada dasarnya sudah bagian dari ekosistem alam, jujur beban pikiran soal bisa terurai apa enggak sudah berkurang.
.
Sekarang ini bekas pipis gak kubuang, tapi aku punya wadah khusus penampung tanah. Tanah yang sudah dipipisi kupindah ke wadah tsb, lalu kukubur dengan tanah lain yang lebih kering, dan kubiarkan berhari-hari. Harapanku sih karena itu tanah bekas media tanam, pipisnya terbantu diurai atau dinetralisir. Tanah yang kondisinya lebih kering nantinya bisa dipakai lagi untuk mengisi litter box.
.
Kalau untuk pup sih ya tanah yang nempel di pup pasti terbuang. Tapi kalau kuamati, tanah yang nempel di pupnya gak terlalu boros. Cuma walaupun tanah ini alami, tetap saja gak mungkin dibuang di septic tank karena berpotensi menyumbat. Kecuali ada lubang pembuangan yang lebih besar, mungkin bisa.
.
Untuk saat ini sistem pengelolaan sampah yang kupakai cuma mendedikasikan sebuah bak sampah tutup yang dipasangi plastik kecil, terus tiap hari aku panen pup satu kali. Kebetulan tukang sampahnya gak masalah angkut kotoran kucing. 
.
Setup yang juga pengen kucoba ke depannya adalah litter box berlayer (bak + saringan), layer atas pakai zeolith, dan layer bawah antara (1) wood pellet, (2) pasir gumpal, (3) air bekas cucian baju, atau (4) gak pakai apa-apa. Opsi 1 sampai 3 ini tujuannya utk mengurangi aroma pesing dari kencing, tapi belum tau mana yang efektif.
.
Yang agak disayangkan sih kayanya emang rada mustahil kalau kotorannya mau diolah sendiri jadi kompos, soalnya luasan lahannya dikit. Gak lucu kalau ruangannya cuma habis buat nyimpenin kompos.

Accepted Answer

thanks for sharing kak. bisa buat inspirasiku juga dalam mengelola pup nya anabul, hehe.

Answer

emmmmmmm gitu, ribet yakk😩tapi ntar kl pas capek dianya nge reog kak sis juga seneng kan... semoga sehat" mewww nyaa