Hallo all, buat semuanya selamat tahun baru! Sudah jalan resolusinya dihampir pekan kedua Januari or still stuck? Apapun itu, musti jalan terus, ga boleh ngoyo dan jangan gampang ke distract, nikmatin prosesnya… Anyway, harusnya sih aku nulis pas bulan kemarin tapi baru ada waktunya (tepatnya diada-adain) sekarang ini. Mengingat sampe bulan kemaren, ternyata didunia perbeuautyan (terutama) ga baik-baik aja menutup di tahun 2024. Dari soal bisnis kecantikan, baik banyaknya perusahaan (oknum) indie luar negeri yang berkedok lokal product, sampai influencer terutama influencer daerah yg bikin usaha sendiri dan tutup mata kalau produk buatannya overclaim atau mengandung bahan berbahaya, dengan harga yg ga sepadan dgn isi ingredientsnya. For my personal opinion in beauty world, yg perlu aku inget dan ditanamkan ke diri sendiri adalah jangan pernah berhenti belajar dan stay curious, terutama jadi influencer. Soalnya aku ga sengaja nonton video Tasya Farassya, yang thumbnailnya cukup clickbait dgn judul baru bisa ke-9 kalinya bisa pake Korean makeup style. Ternyata pengetahuannya ga cukup luas buat tahu merk2 korea walopun ga semuanya baru banget, bahkan sebenarnya ada pemain lama kok dari semua brand itu. I know, semua orang pasti punya kehidupan pribadinya apalagi beliau musti momong anak, bisnis kosmetik, dll. Tapi kalo kita ga update udah berapa kejadian kita sering keplintir or misknowledge itu brand LN tapi berkedok made in Indonesia atau merk ini dari negera A tapi yg bener dari negara B. Terlebih ternyata dia sempet kena mental soal semua produk dia yang dengan/ada label "Tasya Approved”, rupanya bukan produk abal2 tapi overclaim setelah dites Doktif, bikin dia tambah semakin berhati-hati dalam mencoba berbagai produk ke depannya dan semakin ketat buat masuk jadi bahan review dikontennya (ada pengakuan dia di video wawancara podcast dengan Doktifnya sendiri). Kesimpulannya, pekerjaan apapun walau orang memandang sebelah mata, yg dikiranya gampang rupanya tuh engga. Semua ada resikonya masing-masing… Kalo kalian sendiri apa sih yg diinget atau concern kalian dari dunia perbeautyan 2024 kemaren? Dan resolusi di 2025 kalian apa untuk saat ini baik kalian sendiri mapun di Indonesia khususnya? Yuk diskusi dimari (keluarin aja uneg2nya sis wkwkwkw)!

harapan di dunia perbeauty-an khususnya skincare, dear brands .. jgn ada overclaim lagi.. jd trust issue mau explore product , thanks to doktif biarpun aku engga ikutin yg heboh2 (kudet) krn engga pake tok2 cm di ceritain kaka ade ku untungnya. smoga banyak bermunculan doktif2 lainnya dr temen2 FD disini jg stujuuu stay curious ! 😋

happy new year ya, jadi inget kalo aku belum nulis refleksi 2024 juga padahal udah masuk pertengahan Januari. kalo aku sih concern beauty 2024 kmaren tuh lebih ke merk yg teknik marketingnya pake nama influencer approve misalnya doktif approve, suhay approve, tasya approve dan banyak lagi. menurutku skin concern orang tuh beda-beda bahkan sesama kulit oily pun belom tentu cocok pake produk yg sama karena ya se personal itu. kalo misal influencer A gak cocok sama produk Z apakah produk Z tersebut otomatis jelek? kan belom tentu. marketing kayak gini jujur gak bagus krn hanya mengandalkan influencer, balik lagi sebagai konsumen selain cari tau reputasi brand dan ingredients kita harus paham concern kulit sendiri, kenapa jerawat bisa muncul misalnya, kan penyebabnya sendiri banyak.

Untungnya aku tidak gampang terpengaruh sama review suatu produk skincare karena aku masih memegang prinsip skincare itu cocok-cocokan 😆 ya walaupun kalau dapat sample pasti nggak nolak buat coba...hihihi Kebetulan aku lebih sering liat review kosmetik dan nonton tutorial orang makeup karena seru dan nambah pengetahuan. Aku kurang ikutin berita soal overclaim dsbnya jadi nggak bs komen banyak tapi karena aku cukup sering baca obrolan di female daily malah jadi kepikiran kalau sebesar itu pengaruh media sosial sampai anak remaja sudah mulai melek tentang skincare tapi ada kalanya aku kepikiran apa nggak ada ya influencer remaja yg bahas produk perawatan untuk remaja karena suka bingung sendiri kalau baca FD talk yg nanyain bahan aktif ini itulah atau permalahan kulit karena salah pakai produk atau istilah-istilah lainnya yg entah mereka denger dari mana. Sayang banget kulit remaja yg tadinya nggak kenapa-kenapa jadi bermasalah karena "keracunan" untuk coba produk tertentu atau kepikiran untuk treatment padahal kulitnya nggak/belum butuh. Ngerawat dan mempercantik diri itu baik asal sesuai porsinya.

Yang aku inget di 2024 (sebenernya udah dari taun kapan) owner skincare yang bukannya nunjukin produknya malah flexing kekayaan, dan biasanya produknya tuh overclaim +overpriced. Ya terserah sih ya soal harga toh kalau nggak mau tinggal nggak usah beli tapi soal claim ini termasuk penipuan nggak sih? Isinya cuma apa tapi klaimnya bejibun sampai berkalimat-kalimat. Bukannya ngelirik malah ilfil duluan. Sama kayak klaim "xx aprroved" kesannya tuh ilmiah banget, emang apa yang diuji sampai diluluskan oleh si xx? Emang kulit si xx mewakili semua kulit calon konsumen, yang kalau cocok di dia otomatis cocok di orang lain? Kalau aja label approved itu cuma dipake sama si influencer menurutku masih baik-baik aja, dia yang pake dia yang ngerasain manfaatnya kemudian dikasih label "approved" untuk kulitnya sendiri. Tapi sampe dipake brand, aku sebagai orang awam di dunia bisnis, ngeliat marketing semacam ini (mohon maaf banget nih ya) keliatan miskin. Kalau memang pengen pake suara/popularitas si xx kenapa nggak jadiin BA sekalian? Biar cuma si brand itu yang bisa pake si influencer, bukan malah jadinya kayak berbagi bintang iklan sama brand kompetitor. Dan jatuhnya kayak senjata makan tuan juga, kalau produk A ada label xx approved berarti produk lain yang nggak ada label nggak bagus dong? Hm. Tapi pada akhirnya aku cuma orang yang bener-bener awam, nggak pernah bersentuhan dengan dunia marketing atau pun influencer, jadi mohon maaf kalau opiniku ini ternyata naif. Harapanku untuk dunia kecantikan Indonesia: Please main bersih 🙏 Kalau harganya 20 jangan bilang 500 terus didiskon jadi 20, kalau isinya 2% jangan bilang 10%, kalau memang buatan negara A jangan dikesankan buatan negara B. Dosa tau bohong-bohong.